Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq dikenal sebagai Pujangga dan Sastrawan yang masa hidupnya aktif dalam mengarang sejumlah buku sastra dan kitab agama.Tuan Guru Syekh Abdurrahman,demikian panggilan hormat beliau,telah menulis karya monumental berupa kumpulan puisi,bait-bait yang beredar dikalangan umat islam,karya yang sejati berupa kitab itu diberi nama oleh beliau dengan Judul "Syair Ibarat Kabar Kiamat". Disamping berkarya buku-buku sastra,Tuan Guru ini juga menekuni menulis berbagai kitab agama.Menurut seorang pujangga berasal dari Riau (Mosthamir Thalib) mengatakan "Untuk Indragiri belum ada yang mencapai secemerlang namanya (Tuan Guru)".Beberapa syair Tuan Guru sangat kritis dalam nuansa relegius.
Selengkapnya dari Tuang Guru ini Bernama Abdurrahman Shiddiq Al Banjari,lahir dikampung Dalam Pagar,Martapura,Kaliamantan Selatan,Ayah beliau bernama Muhammad Afif bin Muhammad bin Jamaluddin Al Banjari.Dari pihak ayah,Syekh Abdurrahman adalah keturunan dari ulama besar Banjar yakni Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari,pengarang kitab Sabilal Muhtadin yang berkubah di Kelampayan Martapura.
Ibu Syekh Abdurrahman Shiddiq bernama Shafura adalah anak dari hasil perkawinan antara Syekh Haji Muhammad Arsyad dengan Ummu Salamah.Syekh Haji Muhammad Arsyad adalah putra Mufti Haji Muhammad As'ad.Sedangkan ibu dari Mufti Muhammad As'ad bernama Syarifah merupakan anak dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari.Tersebut penjelasan tentang silsilah ini diungkapkan pada kitab "syajarah Al Arsyadiyah wama ulhiqa biha",karangan Syekh Abdurrahman Shiddiq sendiri.
Pada masa kecilnya Syekh Abdurrahman diasuh oleh bibinya Sa'idah semenjak berumur dua bulan.Ibu Syekh Abdurrahman wafat ketika itu.Bibinya inilah yang kemudian memberikan perhatian khusus dibidang keagamaan.Pada usia dini beliau sudah mendapatkan pendidikan membaca Alquran secara langsung dari bibinya.Sehingga pada usia yang kedelapan tahun Syekh Abdurrahman Shiddik sudah mengkhatamkan Alquran.
Mengawali pengembaraan keilmuannya,Syekh Abdurrahman Shiddik selanjutnya mulai berkelana kepesantren Dalam Pagar Martapura.Waktu itu pesantren diasuh oleh Haji Abd Al Shamad.Tetapi beliau belajar ditempat ini hanya sebentar,kemudian secara privat beliau berguru dengan pamannya sendiri bernama Abdurahman Muda yang mahir dalam bahasa arab.Atas saran pamannya ini beliau kemudian secara teratur belajar dengan Syekh Said Wali,seorang ulama terkemuka di Martapura.Selama empat tahun Syekh Abdurrahman menimba ilmu dengan gurunya ini.Dan keluar dari sana beliau sudah mahir membaca dan memahami kitab kuning.
Pada usia 25 tahun,tepatnya pada tahun 1882 M Syekh Abdurrahman Shiddik berangkat ke Mekkah atas bantuan pamannya Haji Muhammad Sa'ad.Dikota ini,selain beguru dengan ulama luar,seperti Syekh Sa'id Barki Syatha' dan 'Assyah Said Babasyid,beliau juga berguru pada ulama nusantara seperti Syekh Nawawi Al Bantani,dan Syekh Khatib Al Minangkabawi.Sedangkan teman seangkatan dengan beliau antara lain:Abdul Qadir Al Mandailing,Syekh Umar Sumbawi,Awang Kenali Kelantan,K.H Hasyim Asy'ari Jombang dll.
Dinegeri arab ini masa studi dijalaninya selama tujuh tahun.Dengan perincian,lima tahun di Mekkah dan dua tahun di Madinah.Di akhir masa studinya Syekh Abdurrahman mendapat gelar kehormatan "Al Shiddiq" dari gurunya Syekh Sa'id Bakri Syatha'.
Syekh Abdurrahman dikenal dimana-mana,bahkan dikota Mekkah ini.Karena beliau juga pernah mengajar di Masjidil Haram atas kepercayaan dari pemerintah Arab Saudi sehingga murid-murid beliau tersebar sampai Singapura,Malaysia dan Kalimantan.Selama setahun mengajar di Mekkah kemudian beliau pulang ketanah air.
Syekh Abdurrahman Shiddiq sempat menemui gurunya Syekh Ahmad Khatib yang ketika itu akan kembali ke Mekkah di Batavia.Pada kesempatan itu pula beliau berjumpa dengan Sayyid Utsman Mufti Batavia,Syekh Abdurrah Shiddiq pernah diminta untuk menggantikan kedudukannya sebagai Mufti di Batavia,akan tetapi beliau tolak.Selain itu beliau juga sempat mendapat tawaran menjadi Mufti kerajaan dijohor.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1911 M yaitu saat beliau berkunjung kesemenanjung Melayu.Sama halnya tawaran pertama,tawaran kedua inipun beliau tolak.
Pada tahun 1898 M.Syekh Abdurrahman Shiddiq bermukim dibangka untuk mengembangkan ilmunya,berdakwah sambil menulis kitab.Pada suatu kesempatan beliau berkunjung ke Singapura,Beliau bertemu dengan Haji Muhammad Arryad seorang saudagar kaya asal banjar yang bermukim di Indragiri.Haji Muhammad inilah yang memohon agar Syekh Abdurrahman Shiddiq bersedia untuk tinggal disana menjadi pembimbing rohani.
Syekh Abdurrahman pindah ke Indragiri dan bermukim di sapat.Selain berdakwah dan mengajar beliau juga mempelopori pembukaan hutan untuk dijadikan perkebunan kelapa.Tindakan beliau ini masih tercatat dalam cerita rakyat Indragiri.Dalam tindakan beliau tersebut Syekh Abdurrahman yang dikenal "Tuan Guru" digambarkan dengan cerita bahwa beliau mempunyai kekuatan batin yang luar biasa sehingga dapat mengusir makhluk halus.Lahan-lahan yang tadinya dipandang angker,kemudian dapat digarapnya.Beliau juga yang mempelopori pembuatan parit yang dikenal dengan Parit Hidayat (Parit Petunjuk)
Tidak hanya sampai disitu,Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq dalam membangun masyarakatnya,Beliau juga membangun sebuah masjid dan pesantren pertama di Indragiri.Selain kitab karangannya,masjid inilah yang menjadi peninggalannya yang terkenal,beliau sendiri membangunnya dibantu para santrinya pada tahun 1927.
Masjid tua ini berarsitektur khas pada atap dan berada 200 M dari makam beliau.Disekeliling masjid,ada sekitar seratus buah rumah sederhana sebagai tempat tinggal para santri.Pengajaran santri pada masa itu masih sama dengan pengajian khalaqoh yang diadakan di Mekkah.
Pada tahun 1919 M,Syekh Abdurrahman resmi menjadi Mufti dikerajaan Indragiri.Diterimanya setelah berkali-kali Sultan Mahmud Syah (Raja Muda) memohon padanya.Jabatan ini beliau pangku sampai akhir hayatnya pada tanggal 10 maret 1939 M.
Sebagai sosok ulama besar dan seorang pujangga,Tuan Guru Syekh Abdurrahman Shiddiq telah melahirkan karya tulis berupa kitab-kitab,buku-buku agama dan karya sastar,Diantaranya.
Syair Ibarat Khabar Kiamat berisi tentang nasehat,akhlak,ditulis dengan arab melayu.
Fath al Alim fi Tartib al Ta'limberisi tentang tuntunan bagi orang yang menuntut ilmu.
Risalah Amal Ma'rifah kitab ini berisi tentang tasawuf,selesai ditulis pada tahun 1932 H. di sapat,dan banyak lagi karangan beliau yang lainnya.
Demikian,semoga dengan membaca perjalanan kehidupan ulama,kita semua bisa mengambil suri teladan dalam kehidupan sehari-hari.
0 Komentar:
Post a Comment